Stablecoin dan Gejolak Global: Peluang Visa dan Dampaknya Terhadap Pasar Kripto

Stablecoin dan Gejolak Global: Peluang Visa dan Dampaknya Terhadap Pasar Kripto

Peluang Stablecoin di Pasar Berkembang

Visa melihat stablecoin sebagai peluang penting untuk mengatasi berbagai tantangan keuangan, khususnya di pasar negara berkembang. Hal ini disampaikan oleh Jack Forestell, Chief Product and Strategy Officer Visa, dalam sebuah unggahan blog pada Minggu, 22 Juni. Menurutnya, stablecoin dapat menjadi solusi di wilayah yang memiliki akses terbatas ke dolar AS, di mana mata uang lokal tidak stabil, atau dalam skenario pengiriman uang lintas negara dan pembayaran bisnis-ke-bisnis.

“Kasus penggunaan ini mewakili arus baru yang saat ini belum sepenuhnya kami layani,” tulis Forestell. “Di sinilah kami akan mengerahkan kekuatan ekosistem Visa, bekerja sama dengan mitra stablecoin asli, platform, dan lembaga keuangan kami.”

Dukungan Regulasi dan Strategi Visa

Forestell juga menyambut baik pengesahan undang-undang GENIUS Act oleh Senat AS, yang memberikan kejelasan regulasi terhadap penggunaan stablecoin. Ia menyebut langkah ini sebagai kunci bagi adopsi yang lebih luas.

Visa telah aktif di ranah stablecoin melalui solusi yang menghubungkan platform stablecoin dan kripto dengan mata uang fiat dan jaringan globalnya. Teknologi seperti Visa credentials dan Visa tokens dimanfaatkan untuk memungkinkan penyelesaian transaksi native menggunakan stablecoin, mendukung pengiriman uang lintas negara, serta mengembangkan fitur uang yang dapat diprogram.

Adopsi Terbatas di Negara Maju

Namun demikian, Forestell menekankan bahwa penggunaan stablecoin kemungkinan besar tetap terbatas di negara maju seperti Amerika Serikat. Pasalnya, konsumen dan pelaku usaha di negara-negara tersebut sudah memiliki berbagai pilihan pembayaran digital yang mapan dan langsung terhubung dengan rekening bank.

Kemitraan Strategis di Afrika dan Program Percontohan

Sebagai bagian dari ekspansi global, Visa pada Rabu, 18 Juni, mengumumkan kemitraannya dengan Yellow Card, penyedia layanan pembayaran stablecoin yang berlisensi, untuk mengeksplorasi potensi penggunaan stablecoin di sejumlah negara Afrika. Sementara itu, pada Mei lalu, platform kartu global Rain yang berbasis stablecoin juga bergabung dalam program percontohan Visa. Kolaborasi ini bertujuan mempercepat adopsi pembayaran global real-time melalui penerbitan kartu on-chain dan penyelesaian transaksi dengan stablecoin.

Gejolak Politik Global dan Dampaknya Terhadap Pasar Kripto

Di sisi lain, ketegangan geopolitik yang meningkat telah mengguncang pasar kripto global. Akibat konflik antara AS dan Iran, sejumlah aset kripto utama mengalami penurunan tajam.

Pada Sabtu malam, Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa militer AS telah mengebom tiga fasilitas nuklir Iran dalam operasi bertajuk ‘Midnight Hammer’. Dampaknya langsung terasa di pasar kripto: harga Bitcoin anjlok di bawah $100.000, dengan posisi terakhir tercatat di $99.843 — level terendah sejak awal Mei. Ethereum juga jatuh lebih dari 10% menjadi $2.171.

Aset digital utama lainnya seperti XRP, Solana, dan Dogecoin mengalami penurunan yang sama, menyentuh titik terendah dalam dua bulan terakhir. Data dari CoinGlass menunjukkan bahwa total likuidasi di pasar kripto dalam 24 jam terakhir mencapai $949 juta. Ethereum menyumbang sekitar $369 juta, disusul oleh Bitcoin sebesar $242 juta.

Prediksi Pasar dan Ketidakpastian yang Meningkat

Kondisi geopolitik ini telah memicu ketidakpastian di pasar keuangan global, termasuk aset kripto. Di tengah kekacauan ini, pengguna platform prediksi Myriad menjadi semakin pesimis terhadap masa depan harga Bitcoin, dengan peluang hampir 65% bahwa Bitcoin akan turun di bawah $95.000 dalam waktu dekat.

Situasi ini menegaskan kembali bahwa kripto masih sangat rentan terhadap dinamika global, dan arah pergerakan pasar selanjutnya akan sangat bergantung pada perkembangan politik dan keamanan dunia.