Perusahaan listrik milik negara Mozambik, EDM, mengumumkan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Chicamba di provinsi Manica telah mengurangi kapasitas produksinya secara signifikan, dari 44 megawatt menjadi hanya 20 megawatt. Keputusan ini terpaksa diambil akibat pencemaran berat yang terjadi di waduk bendungan.
Pengumuman ini disampaikan saat kunjungan kerja Sekretaris Negara Provinsi Manica, Lourenço Lindonde, pada hari Sabtu. Penurunan produksi ini menyusul penangguhan sementara kegiatan penambangan ilegal di sekitar wilayah tersebut. Aktivitas tambang emas skala kecil oleh masyarakat setempat dituding menjadi penyebab utama polusi lingkungan, terutama kontaminasi sungai yang mengalir ke waduk Chicamba. Pencemaran ini tidak hanya mengganggu operasional pembangkit listrik tetapi juga mengancam sumber air minum utama bagi warga, seperti Sungai Revue.
Bagaimana Polusi Mengganggu Kinerja Pembangkit Listrik?
Untuk memahami dampak serius dari pencemaran ini, penting untuk mengetahui cara kerja PLTA. Pembangkit listrik tenaga air pada dasarnya mengubah energi potensial dari aliran air menjadi energi listrik. Proses ini bergantung pada beberapa komponen utama yang kinerjanya bisa terganggu oleh sedimen dan polutan.
-
Waduk dan Pipa Pesat (Penstock): Waduk berfungsi menampung air dalam jumlah besar untuk menciptakan perbedaan ketinggian yang signifikan. Air dari waduk kemudian dialirkan melalui pipa pesat menuju turbin. Semakin tinggi jatuhnya air dan semakin besar volume (debit) airnya, semakin besar pula energi potensial yang dihasilkan.
-
Turbin dan Generator: Air bertekanan tinggi dari pipa pesat memutar bilah-bilah turbin. Putaran turbin ini menghasilkan energi mekanik, yang kemudian diteruskan untuk memutar generator. Generator inilah yang akhirnya mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.
Pencemaran seperti yang terjadi di Chicamba membawa material padat seperti lumpur dan pasir ke dalam air. Material ini bersifat abrasif dan dapat merusak komponen vital seperti turbin. Akibatnya, EDM harus melakukan perawatan mingguan yang lebih intensif, yang pada gilirannya memaksa pembatasan pasokan energi ke masyarakat.
Dampak Kesehatan dan Perdebatan Kualitas Air
Selain krisis energi, pencemaran ini menimbulkan kekhawatiran serius terhadap kesehatan masyarakat. Namun, Badan Air Regional Pusat (AdRC), yang bertanggung jawab atas distribusi air di Manica, mengklaim bahwa air tersebut aman untuk dikonsumsi.
Menurut teknisi AdRC, Merito Mariano Ofinar, meskipun air tampak keruh akibat polusi, air tersebut telah melalui proses pengolahan yang layak dan tidak membahayakan kesehatan. “Yang terpenting bukanlah warnanya. Masyarakat perlu tahu bahwa air telah diolah dan aman untuk diminum. Kualitasnya memenuhi standar yang dapat diterima,” tegasnya. Ia juga menambahkan bahwa stok bahan kimia untuk pengolahan air mencukupi dan proses penjernihan dilakukan setiap jam.
Di sisi lain, Lourenço Lindonde menyerukan agar masyarakat waspada terhadap informasi yang salah. “Memang benar air yang keluar langsung dari bendungan belum layak minum. Namun, setelah diolah oleh AdRC, air itu dapat dikonsumsi tanpa bahaya,” ujarnya, mencoba menenangkan warga di tengah kebingungan.