Indonesia Berencana Membangun PLTN dengan Kapasitas 4,3 GW untuk Energi Bersih

Indonesia Berencana Membangun PLTN dengan Kapasitas 4,3 GW untuk Energi Bersih

Indonesia berencana membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dengan kapasitas 4,3 gigawatt (GW) sebagai bagian dari upaya transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan. Saat ini, kapasitas listrik terpasang di Indonesia melebihi 90 GW, dengan lebih dari setengahnya berasal dari batu bara dan kurang dari 15% dari energi terbarukan. Meski demikian, negara ini belum memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir, sebuah topik yang masih menjadi perdebatan mengingat Indonesia rentan terhadap gempa bumi.

Hashim Djojohadikusumo, saudara sekaligus penasihat dekat Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, mengungkapkan dalam sebuah forum keberlanjutan bahwa Indonesia juga berencana membangun reaktor modular kecil terapung. Namun, ia tidak memberikan rincian mengenai jumlah maupun jangka waktu pembangunannya. Tahun lalu, seorang pejabat lain menyebutkan bahwa Indonesia menargetkan pengoperasian PLTN pada 2036.

“Langkah ini merupakan jawaban atas tantangan perubahan iklim,” ujar Hashim.

Meskipun PLTN tidak menghasilkan emisi karbon dioksida, pembangkit ini tetap menimbulkan limbah beracun, yang menjadi alasan bagi beberapa pemerintah dan aktivis lingkungan untuk tidak menggolongkan energi nuklir sebagai energi hijau.

Dalam pidatonya, Hashim juga mengkritik program Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP) yang diperkenalkan negara-negara G7 pada 2022. Program ini menjanjikan dana sebesar 20 miliar dolar AS bagi Indonesia untuk mengurangi emisi karbon. Namun, menurut Hashim, pencairan dana tersebut sangat minim.

“JETP adalah program yang gagal,” tegasnya.

Ia juga menegaskan bahwa pemerintahan Prabowo tidak akan menutup semua pembangkit listrik tenaga batu bara pada 2040. Sebaliknya, pemerintah hanya akan menghentikan pembangunan pembangkit baru, tetapi tetap mengoperasikan yang sudah ada.

Indonesia saat ini merupakan eksportir batu bara termal terbesar di dunia, dengan sektor pembangkit listrik berbasis batu bara menjadi salah satu penyumbang utama emisi karbon negara ini.