Perusahaan energi raksasa asal Amerika Serikat, Chevron, tengah mengevaluasi kemungkinan untuk kembali berinvestasi di sektor hulu minyak dan gas bumi Indonesia. Langkah ini muncul kurang dari 20 bulan setelah perusahaan tersebut menyelesaikan proses divestasi terhadap proyek gas besar Indonesia Deepwater Development (IDD) kepada perusahaan energi asal Italia, Eni.
Kabar ini menjadi perbincangan hangat di kalangan pelaku industri migas nasional setelah Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, mengunggah pesan di media sosial pada hari Rabu. Pesan tersebut segera menyita perhatian, mengingat peran strategis Chevron di masa lalu dalam pengembangan blok-blok migas utama di Indonesia.
Menurut terjemahan unggahan Djoko Siswanto ke dalam bahasa Inggris — yang telah diverifikasi oleh media industri migas — ia menyatakan: “Saya baru saja mendapatkan informasi bahwa Chevron Upstream Business telah mengonfirmasi akan kembali ke Indonesia untuk berinvestasi dalam pengembangan ladang minyak dan gas yang berpotensi melampaui Blok Masela.”
Pernyataan ini menjadi sinyal kuat bahwa Chevron melihat peluang baru di Indonesia, terutama dalam proyek-proyek hulu yang dinilai memiliki potensi besar. Blok Masela sendiri selama ini dikenal sebagai salah satu proyek strategis nasional dengan cadangan gas besar yang berada di wilayah timur Indonesia, dan menjadi simbol penting dari kebijakan pengembangan energi dalam negeri.
Meskipun belum ada rincian spesifik mengenai lokasi atau bentuk investasi yang akan dilakukan Chevron, sinyal ketertarikan ini dinilai positif oleh para pelaku industri. Indonesia saat ini memang sedang gencar menarik kembali minat investor asing dalam pengembangan sektor energi, khususnya untuk menggali potensi migas di wilayah timur dan laut dalam.
Kembalinya Chevron juga dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu tujuan investasi migas yang kompetitif di kawasan Asia Tenggara. Apalagi, dengan pengalaman panjang Chevron dalam mengelola ladang migas di tanah air, kehadiran mereka diharapkan dapat mendorong transfer teknologi, menciptakan lapangan kerja baru, serta meningkatkan produksi nasional yang belakangan ini mengalami stagnasi.
Pihak pemerintah, melalui SKK Migas dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, diperkirakan akan segera melakukan pembicaraan lebih lanjut dengan pihak Chevron untuk menjajaki potensi kerja sama ini. Fokus utama adalah memastikan bahwa investasi yang masuk mampu memberikan nilai tambah secara maksimal bagi perekonomian nasional serta selaras dengan target transisi energi jangka panjang.
Jika rencana ini benar-benar terealisasi, maka kehadiran kembali Chevron di sektor hulu akan menandai babak baru dalam kemitraan strategis antara Indonesia dan perusahaan-perusahaan energi global.