Jumlah kelahiran yang terdaftar di Jepang anjlok ke rekor terendah. Jepang hanya mencatat 799.728 kelahiran pada tahun 2022, rekor terendah sepanjang masa.
Laporan survei belum lama ini dari National Institute of Population and Social Security Research of Japan mengungkapkan bahwa hanya 36,6 persen wanita lajang berusia antara 18 hingga 34 tahun yang percaya pasangan menikah harus memiliki anak.
Lebih dari 60 persen wanita lajang di Jepang juga menolak memiliki anak setelah menikah, tren yang berkembang yang oleh para ahli disebut “mengejutkan” bagi negara yang berjuang dengan tingkat kelahiran rendah dan penurunan demografis.
Para ahli menyatakan keprihatinan tentang penurunan keinginan untuk memiliki anak. Semakin banyak warga di Jepang memilih childfree.
“Keinginan untuk menikah dan memiliki anak menurun secara signifikan terutama di kalangan wanita,” kata Takumi Fujinami, seorang ekonom di Japan Research Institute Ltd., dan seorang ahli dalam masalah penurunan angka kelahiran.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa jumlah pria lajang yang menginginkan anak setelah menikah menurun dari 75,4 persen pada 2015 menjadi 55 persen pada 2021.
Fujinami merasa bahwa kesenjangan gender dan skala gaji serta ketidaktertarikan pada skema pemerintah adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan angka kelahiran yang cepat di negara tersebut.
“Mendorong pernikahan dan menyediakan lebih banyak slot di pusat penitipan anak tidak beresonansi dengan mereka yang tidak memiliki keinginan untuk menikah (dan memiliki anak) sejak awal,” kata Fujinami.