Pasar keuangan Korea Selatan mengalami tekanan berat pada hari Jumat (7/11), dengan indeks saham utama KOSPI jatuh di bawah level psikologis 3.900. Pelemahan ini terjadi seiring dengan anjloknya nilai tukar won ke level terendah dalam tujuh bulan terakhir, dipicu oleh keluarnya dana asing dan memburuknya kondisi makroekonomi.
Penurunan Tajam Indeks Akibat Aksi Jual Masif
Pada pukul 13.40 waktu setempat, indeks KOSPI diperdagangkan di level 3.897,99, merosot 128,46 poin atau 3,19% dari penutupan hari sebelumnya. Padahal, pada perdagangan hari Kamis, KOSPI sempat menunjukkan tanda-tanda pemulihan dan menembus 4.100. Namun, sentimen cemas investor kembali mendominasi, mendorong indeks kembali ke bawah 3.900, level yang juga sempat disentuh pada tanggal 5.
Penurunan drastis ini didorong oleh aksi jual bersih (net sell) investor asing dan institusi. Data menunjukkan investor asing melakukan penjualan bersih senilai 253,6 miliar won, diikuti oleh institusi sebesar 251,7 miliar won. Meskipun investor ritel individu melakukan pembelian bersih 501,6 miliar won, aksi beli mereka tidak cukup kuat untuk menahan tekanan jual besar-besaran yang menimpa pasar.
Saham-Saham Unggulan Berjatuhan
Pelemahan pasar terjadi secara meluas. Hanya sekitar 10% dari total saham di bursa yang berhasil mencatatkan kenaikan. Saham-saham berkapitalisasi besar (big caps) memimpin penurunan, termasuk SK Hynix (-4,05%), Doosan Enerbility (-4,29%), Hanwha Aerospace (-6,49%), dan HD Hyundai Heavy Industries (-4,86%), yang semakin menyeret indeks ke zona merah.
Nilai Tukar Won Tembus Level Kritis 1.450
Di saat yang sama, pasar valuta asing Seoul juga mengalami gejolak. Nilai tukar won terhadap dolar AS dibuka di 1.448,1 won per dolar, level pembukaan terendah dalam tujuh bulan. Pelemahan terus berlanjut sepanjang pagi, dan pada pukul 10.53, nilai tukar won menyentuh 1.455,3 won per dolar. Ini menandai pertama kalinya nilai tukar won melampaui 1.450 won per dolar selama jam perdagangan sejak 11 April lalu.
Faktor Pemicu: Arus Keluar Modal dan Penguatan Dolar
Analis pasar menunjuk kombinasi beberapa faktor sebagai penyebab utama gejolak ganda ini. Arus keluar modal asing dari KOSPI menjadi pemicu utama. Hal ini diperburuk oleh sentimen penghindaran risiko (risk aversion) global, yang dipicu oleh kekhawatiran atas “gelembung AI” di bursa New York. Investor asing cenderung menarik dana dari pasar negara berkembang seperti Korea dan mengkonversinya ke dolar AS, sehingga meningkatkan permintaan dolar.
Selain itu, penguatan dolar AS (strong dollar) juga memberikan tekanan signifikan. Pernyataan bernada hawkish dari para pejabat Federal Reserve AS telah memupus harapan pasar akan penurunan suku bunga pada bulan Desember, yang akibatnya membuat dolar tetap perkasa.
Memburuknya Kondisi Makro dan Ketegangan Geopolitik
Situasi makroekonomi eksternal turut memperkeruh suasana. Kekhawatiran akan ketegangan AS-Tiongkok kembali muncul menyusul laporan bahwa pemerintahan Donald Trump AS memutuskan untuk tidak mengizinkan ekspor chip AI spesifikasi rendah Nvidia ke Tiongkok.
Di sisi lain, data ekspor Tiongkok untuk bulan Oktober yang dirilis hari ini mencatatkan “kejutan” dengan kontraksi 1,1% dibanding tahun sebelumnya. Data yang mengecewakan ini menimbulkan kekhawatiran baru akan dampaknya terhadap perekonomian Korea Selatan, yang sangat bergantung pada ekspor.
Proyeksi Pasar dan Peringatan Analis
Melihat kondisi pasar saat ini, Lee Min-hyuk, seorang ekonom di KB Kookmin Bank, memberikan pandangannya. Ia mencatat bahwa nilai tukar won saat ini sangat sensitif terhadap pergerakan di pasar saham domestik. “Mengingat tingginya volatilitas, nilai tukar won berpotensi jatuh hingga level 1.550 per dolar pada hari ini,” prediksinya.