Pasar saham India diperkirakan akan memulai pekan ini dengan nada hati-hati pada Senin, 13 Oktober, setelah mengalami reli selama dua minggu berturut-turut. Indeks acuan Sensex dan Nifty diprediksi akan dibuka datar, terpengaruh oleh tren global yang melemah. Sentimen negatif ini dipicu oleh pengumuman Presiden AS Donald Trump mengenai potensi tarif 100 persen terhadap barang-barang dari Tiongkok, yang sempat menyebabkan aksi jual tajam di Wall Street sebelum sikapnya sedikit melunak pada akhir pekan.
Hingga pukul 07:35 pagi waktu setempat, kontrak berjangka GIFT Nifty diperdagangkan di sekitar level 25.325, turun 76 poin atau 0,3 persen. Hal ini mengindikasikan awal yang lesu bagi Dalal Street, sekaligus menjadi latar belakang bagi salah satu debut penawaran umum perdana (IPO) terbesar di India: Tata Capital.
Prospek Debut Tata Capital: Antara Pertumbuhan Solid dan Risiko Tersembunyi
Di tengah kondisi pasar yang kurang bergairah, sinyal dari grey market mengindikasikan bahwa debut saham Tata Capital kemungkinan akan datar atau tidak terlalu kuat. Meskipun demikian, para analis menyoroti fundamental perusahaan yang kuat, sembari mengingatkan adanya beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai oleh para investor.
Menurut riset dari ICICI Direct, aset yang dikelola (AUM) oleh Tata Capital menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat, mencapai Rs 2.33.363 krore pada tahun fiskal 2025. Angka ini mencerminkan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) sebesar 37,3% selama periode 2023-2025. Namun, di balik pertumbuhan impresif tersebut, ICICI Direct menyoroti beberapa kekhawatiran. Rasio Cakupan Provisi (PCR) perusahaan tercatat menurun menjadi 58,5% pada tahun fiskal 2025, yang menandakan menipisnya cadangan untuk menutupi potensi kredit macet. Selain itu, peningkatan porsi pinjaman tanpa agunan (mencapai ~20%) dan nasabah baru yang belum memiliki riwayat kredit (~3,5%) dinilai dapat menyebabkan kinerja yang lebih fluktuatif di masa depan.
Di sisi lain, Canara Bank Securities memberikan pandangan yang lebih optimistis. Mereka mencatat bahwa Tata Capital memegang peringkat kredit domestik ‘AAA’ dan internasional ‘BBB’, dengan biaya kredit di bawah 1% dan rasio kredit bermasalah bersih (Net NPA) sekitar 0,5%. “Metrik pengembalian ekuitas harian dan operasional perusahaan secara konsisten mengungguli angka akhir tahun sekitar 250 basis poin,” ungkap laporan dari broker tersebut.
Strategi dan Valuasi Jangka Panjang
Anand Rathi Research menilai IPO Tata Capital sudah berada pada harga yang wajar (fully priced), dengan valuasi kapitalisasi pasar pasca-IPO mencapai Rs 1.38.382,7 krore. Meskipun demikian, mereka mempertahankan pandangan positif untuk jangka panjang.
Para analis di Anand Rathi menambahkan bahwa Tata Capital menargetkan untuk menekan rasio biaya kredit hingga di bawah 1%. “Perusahaan berupaya mencapai target ini dengan memperkuat manajemen risiko dan proses underwriting kredit, yang didukung oleh pemanfaatan perangkat digital dan analitik. Dengan menjaga portofolio pinjaman yang terdiversifikasi di berbagai produk, nasabah, dan geografi, serta meningkatkan porsi pinjaman yang dijamin, Tata Capital berhasil meminimalkan risiko konsentrasi,” jelas para analis.
Kekuatan merek yang solid di bawah naungan Grup Tata, ditambah dengan model bisnis yang terdiversifikasi di segmen ritel, korporat, dan pembiayaan perumahan, menempatkan Tata Capital sebagai investasi jangka panjang yang menarik di sektor jasa keuangan India yang terus berkembang.
Fenomena Demam IPO: Kisah Mengejutkan dari Saham LG Electronics India
Sementara pasar menantikan debut Tata Capital, euforia seputar IPO di India baru-baru ini menunjukkan dinamika yang luar biasa. Salah satu contoh paling mencolok datang dari IPO LG Electronics India, yang berhasil menarik minat investor secara masif.
Sebuah perusahaan kecil bernama Winro Commercial India Ltd., yang terdaftar di Bombay Stock Exchange (BSE) dengan kapitalisasi pasar hanya Rs 30,16 krore, menjadi sorotan utama. Perusahaan keuangan non-bank ini mengajukan penawaran untuk membeli 6,565 juta lembar saham LG Electronics India pada harga Rs 1.140 per saham, dengan total nilai penawaran mencapai Rs 748,5 krore. Jumlah ini puluhan kali lipat lebih besar dari nilai pasarnya sendiri.
Aplikasi tersebut diajukan melalui jalur Qualified Institutional Bidder (QIB). Karena permintaan yang membludak—IPO LG Electronics India mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 54 kali lipat—Winro Commercial pada akhirnya hanya mendapatkan alokasi sebanyak 37.482 lembar saham senilai total Rs 4,27 krore. Pihak perusahaan menyatakan bahwa investasi ini merupakan bagian dari kegiatan bisnis normal mereka sebagai investor finansial.
Kisah ini menggarisbawahi betapa tingginya antusiasme investor di pasar IPO India saat ini, di mana IPO LG Electronics India berhasil mencatatkan diri sebagai penawaran saham dengan total penawaran tertinggi dalam sejarah pasar modal negara tersebut, dengan total penawaran yang masuk mencapai hampir Rs 4,5 lakh krore.